Asesmen Portofolio
A.
Sejarah
Perkembangan Asesmen Portofolio
Menurut sejarahnya, portofolio pertama kali digunakan pada
dunia seni, merujuk pada kumpulan karya seorang seniman secara kronologis yang
merupakan cerminan perkembangan berkeseniannya. Dalam bidang pendidikan,
portofolio pertamakali digunakan dalam pendidikan seni. Selanjutnya portofolio
berkembang ke bidang pendidikan bahasa, matematika dan sains, dan ilmu-ilmu
sosial. Dalam bidang pendidikan bahasa, portofolio banyak digunakan sebagai
bahan penilaian kemampuan membaca dan menulis.
Dalam kurun waktu dua dekade terakhir ini, asesmen
portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan, utamanya di negara-negara
berkembang. Keberadaannya menjadi semakin penting karena adanya
perubahan-perubahan dalam cara memandang bagaimana mestinya penilaian
perkembangan belajar dilakukan, sejalan dengan pandangan bahwa individu belajar
bersifat holistik sekaligus individual. Kini, asesmen portofolio digunakan
mulai dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Universitas
Tokyo adalah salah satu perguruan tinggi pertama yang menggunakan portofolio
sebagai bahan pertimbangan penerimaan mahasiswa baru. Di negara-negara maju,
asesmen portofolio telah lama digunakan untuk menilai perkembangan profesional
seorang calon guru (teacher education). Di Amerika Serikat bahkan beberapa
distrik dan negara bagian telah menggunakan asesmen portofolio secara formal,
seperti di San Diego dan Vermont. Di Indonesia, wacana tentang asesmen
portofolio banyak terdengar sejak lahirnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
dimana asesmen portofolio merupakan salahsatu pendekatan asesmen yang paling
komprehensif yang digunakan.
B.
Pengertian
Portofolio
Istilah portofolio dapat diartikan sebagai suatu wujud benda
fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective. Sebagai
suatu wujud benda fisik portofolio itu adalah bundel, yakni kumpulan atau
dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundel.
Misalnya hasil tes awal (pre-test), tugas-tugas, catatan anekdot, piagam
penghargaan, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir
(post-test), dan sebagainya. Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio
adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta
didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), ketrampilan (skill), maupun
nilai dan sikap (afektif).
Hermana dalam Ine Kusuma Ariyani mengemukakan bahwa
portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang
didokumentasikan secara baik dan teratur, maka portofolio sangat bermanfaat
dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa serta
memberikan gambaran mengenai sikap dan minat siswa terhadap pelajaran yang
diberikan. Diungkapkan oleh Dasim Budimansyah kata kunci dari portofolio adalah
hasil karya terpilih siswa. Maknanya adalah bahwa yang harus menjadi akumulasi
dari segala sesuatu yang ditemukan para siswa dari topik mereka harus memuat
bahan-bahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaik
tentang bahan-bahan mana yang paling penting. Oleh karena itu, portofolio
bukanlah kumpulan bahan yang tidak memperlihatkan signifikasi sama sekali. Yang
demikian bukanlah portofolio, tetapi hanya kumpulan bahan-bahan lepas yang
tidak tampak validiatasnya. Portofolio dengan demikian bukan keranjang sampah
(garbage collector).Portofolio menyimpan sejumlah informasi tentang diri siswa
secara lengkap dan menyeluruh termasuk kenerja siswa. Dokumen ini dicatat
secara sistematis yang bersifat relatif, sehingga merupakan metode utama yang
profesional dalam melihat ketrampilan dan prestasi belajarsiswa. Secara
substansial portofolio siswa dapat dilihat sebagai gambaran dari hasil- hasil
tulisan, interpretasi, maupun aktifitasnya di dalam kelas atau di luar kelas.
Dalam pengertian lain, penilaian dengan portofolio dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
1) Portofolio dalam bacaan (portofolio
in reading) dan
2) Portofolio dalam tulisan (portofolio
in writing)
Ada satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa portofolio
tidak hanya merupakan satu alat untuk menyimpan data yang autentik guna
penilaian, lebih dari itu portofolio merupakan suatu metode pendekatan model
penilaian dan pengajaran.Portofolio bukan merupakan sesuatu yang baru atau
konsep yang tidak berarti, karena menggunakan portofolio sangat ditentukan oleh
siapa yang melakukannya dan apa harapan atau tujuannya. Sejumlah bukti fisik
tentang kemajuan belajar siswa terdapat didalamnya, sehingga portofolio bagi
guru merupakan investasi berharga tentang kinerja siswa dalam semua peristiwa
yang pernah terjadi dan dialami oleh siswa. Koleksi ini menunjukkan cakupan
partisipasi mereka dalam menyeleksi bahan kajian belajar, penentuan kriteria
bahan yang bermanfaat dan buktibukti dari refleksi mereka sendiri. Pengertian
portofolio berarti mengandung proses mengoleksi, menyeleksi, dan merefleksi.
Johston dalam Johar Permana. Kumpulan bukti-bukti tersebut
dapat dikatakan portofolio bila sudah dirancang secara berencana dan disengaja
melalui pengalaman langsung siswanya. Dengan kata lain, bahwa portofolio dapat
dikatakan sebagai prosedur penilaian hasil belajar melalui pengalaman, yang
dikenal dengan istilah hasil belajar melalui pengalaman atau “HBMP”
(assesssment of experiential learning). Maka portofolio identik dengan berita
acara tentang kemajuan belajar siswa.
C.
Prinsip
Asesmen Portofolio
Berbeda dengan penilaian lainnya, keterlibatan peserta didik
dalam penilaian portofolio merupakan sesuatu yang harus dikerjakan. Ada
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan
penilaian portofolio, diantaranya adalah:
a) Saling percaya,
b) Kerahasiaan bersama,
c) Milik bersama,
d) Kepuasan dan kesesuaian,
e) Penciptaan budaya mengajar,
f) Refleksi bersama,
g) Proses dan hasil.
D.
Karakteristik
Asesmen Portofolio
Menurut Mac Isaac dan Jacson, terdapat lima karakteristik
asesmen portofoliuo, yaitu: struktur, dokumentasi, pencatatan, kolaborasi, dan
catatan reflektif. Struktur membantu siswa dalam menentukan jenis fakta-fakta
yang dilibatkan. Dokumentasi hasil belajar adalah untuk menggambarkan evolusi
dari belajar. Pencatatan secara selektif hasil ulangan dan prestasi selama
pengujian. Kolaborasi dengan orang lain, merupakan proses latihan dan
kerjasama. Catatan reflektif adanya catatan setiap bagian fakta disertai dengan
suatu penjelasan.
Menurut
pendapat Faichmey, Eddy M. Hidayat dan Maryani, karakteristik portofolio
adalah:
1.
Menggambarkan
perkembangan kemajuan anak dalam satu bidang secara lebih komprehensif,
2.
Memberi
kesempatan bagi anak untuk memilih dan melakukan “self evaluation”,
3.
Sebagai
bukti autentik yang menggambarkan kemampu an belajar anak,
4.
Meningkatkan
refleksi diri dan penilaian diri siswa,
5.
Sebagai
alat dalam proses belajar mengajar yang menjebatani dan memudahkan dialog
antara guru dan siswa.
Asmawi
Zainul dan Agus Mulyana, berpendapat, karakteristik asesmen portofolio, adalah
1.
Asesmen
yang menuntut ditunjukkan hasil kerja sama antara guru dan siswa,
2.
Asesmen
portofolio tidak sekedar kumpulan hasil karya siswa tetapi yang terpenting
adalah adanya proses seleksi yang didasarkan kriteria,
3.
Asesmen
portofolio mengumpulkan hasil karya siswa dari waktu ke waktu. Koleksi karya
tersebut digunakan oleh siswa untuk melakukan refleksi sehingga dalam prosesnya
asesmen portofolio merupakan suatu asesmen diri yang memungkinkan siswa dapat
mengenal kekuatan dan kelemahan sendiri. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat
digunakan sebagai tujuan proses pembelajaran berikutnya,
4.
Kriteria
penilaian hasil karya harus jelas baik bagi guru siswa, dan diterapkan secara
konnsisten.
E.
Hakikat
Asesmen Portofolio
Asesmen portofolio adalah suatu prosedur pengumpulan
informasi mengenai perkembangan dan kemampuan siswa melalui portofolionya,
dimana pengumpulan informasi tersebut dilakukan secara formal dengan
menggunakan kriteria tertentu, untuk tujuan pengambilan keputusan terhadap
status siswa.
Dalam
suatu portofolio terdapat paling sedikit tujuh elemen pokok, yaitu
a)
Adanya
tujuan yang jelas, dan dapat mencakup lebih dari satu ranah,
b)
Kualitas
hasil (outcome),
c)
Bukti-bukti
otentik yang mencerminkan dunia nyata dan bersifat multi sumber,
d)
Kerjasama
siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru,
e)
Penilaian
yang integratif dan dinamis karena mencakup multidimensi,
f)
Adanya
kepemilikan (ownership) melalui refleksi diri dan evaluasi diri,
g)
Perpaduan
asesmen dengan pembelajaran.
Salah satu alasan asesmen portofolio digunakan dalam dunia
pendidikan dewasa ini adalah karena adanya ketidak puasan terhadap penggunaan
tes-tes baku yang dianggap tidak mampu menampilkan kemampuan siswa secara
menyeluruh. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan tes baku adalah tes-tes
yang secara tradisional digunakan untuk mengukur perkembangan belajar. Tes-tes
tersebut kebanyakan berbentuk tes objektif dimana hanya ada satu pilihan
jawaban yang benar. Tes-tes tersebut dikembangkan dalam format pilihan ganda,
satu butir tes disediakan tiga hingga lima kemungkinan jawaban. Sebelum
digunakan, tes-tes tersebut distandarisasi terlebih dahulu. Dalam perkembangan
berikutnya, tes-tes di kelas pun, yang sifatnya formatif, juga menggunakan
bentuk-bentuk tes baku tersebut.
F.
Ciri-ciri dari Asesmen Portofolio dan Tes Baku
De Fina, merangkum ciri-ciri dari asesmen portofolio dan tes
baku sebagai berikut.
No
|
ASESMEN
PORTOFOLIO
|
TES
BAKU
|
1
|
Terjadi
pada situasi alamiah
|
Situasi
ujian, tidak alamiah
|
2
|
Memberi
kesempatan siswa menunjukkan kelebihan maupun kelemahannya
|
Menunjukkan
kelemahan siswa dalam suatu hal tertentu
|
3
|
Informasinya
bersifat langsung, pada saat itu (hands-on)
|
Tidak
memberikan informasi diagnostik
|
4
|
Asesmen
dapat dilakukan bersama-sama antara guru, orangtua, dan bahkan siswa
|
Menunjukkan
ranking
|
5
|
Bersifat
terus-menerus (ongoing), sehingga memberikan kesempatan beragam untuk
dilakukan asesmen
|
Kesempatan
hanya sekali untuk mengases kemampuan dalam suatu hal tertentu
|
6
|
Mengases
hal-hal secara realistis dan bermakna
|
Mengases
hal-hal secara artificial, tidak sesuai dengan keseharian yang ada
|
7
|
Memberi
kesempatan siswa melakukan refleksi terhadap karya dan pengetahuannya
|
Mengharapkan
hanya satu respons yang benar
|
8
|
Memberi
kesempatan refleksi bagi orang lain yang berkepentingan, mengenai pengetahuan
siswa dan karya-karyanya
|
Memberikan
data-data numeric yang kadangkala menakutkan dan secara esensial tidak
bermakna
|
9
|
Mendorong
temu wicara (conference) antara guru dan siswa
|
Mengharuskan
pertemuan antara guru dengan administrator
|
10
|
Menempatkan
siswa sebagai pusat proses pendidikan karena gambaran keadaannya berguna
untuk perbaikan kurikulum dan pembelajaran
|
Mendukung
kurikulum sebagai pusat proses pendidikan
|
Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa asesmen
portofolio menunjukkan beberapa kelebihan yang tidak diperoleh dari tes
objektif, yaitu seperti adanya penilaian yang berkelanjutan, menghargai siswa
sebagai individu dengan keunikan masing-masing, dan adanya pengembangan
metakognisi melalui refleksi dan evaluasi diri.
Kemp dan Toperoff, mengatakan dengan kelebihan-kelebihan ini
portofolio dapat memacu keterlibatan (involvement) dalam belajar, meningkatkan
motivasi, dan prestasi.
Asesmen
portofolio mengandung tiga elemen penting yaitu:
1. Sampel Karya Siswa
Sampel
karya siswa menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu. Sampel
tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem
matematika, maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara
sistematis tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi guru, maupun
preferensi siswa. Asesmen portoflolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena
itu proses dan hasil sama pentingnya. Meskipun asesmen ini bersifat berkelanjutan,
yang berarti proses mendapatkan porsi penilaian yang besar (bandingkan dengan
asesmen konvensisonal yang hanya menilai hasil belajar) tetapi kualitas hasil
sangat penting. Dan memang, penilaian proses yang dilakukan tersebut
sesungguhnya memberi kesempatan. .
Wyaatt III
dan Looper, mengatakan ada tiga jenis portofolio berdasarkan teknik
penyusunannya yaitu portofolio karya terbaik, portofolio perkembangan, dan
portofolio berdasarkan topik.
Portofolio
karya terbaik adalah portofolio mengenai karya-karya terbaik yang dihasilkan
oleh siswa. Mengingat portofolio bersifat kolaboratif sekaligus individual,
pemilihan karya terbaik dilakukan siswa bersama dengan temannya (peer
evaluation) maupun guru (dalam student-teacher conferences). Dalam konferensi dengan
siswa, guru biasanya menanyakan kenapa dia memilih karya tersebut sebagi karya
terbaiknya. Refleksi ini dapat pula dilakukan secara tertulis
2. Evaluasi Diri dalam Asesmen
Portofolio
Evaluasi diri merupakan analisis terhadap sikap dan proses
belajar siswa, dimana informasi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan
perkembangan dan proses belajar yang berkelanjutan. Dalam asesmen portofolio,
evaluasi diri merupakan komponen yang sangat penting.
O’Malley dan Valdez Pierce, mengatakan bahwa ‘self-assessment
is the key to portfolio’. Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri siswa
dapat membangun pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya
apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri siswa dapat
melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini
menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian siswa lebih
bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan
belajarnya.Refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa
kepemilikan (ownership) siswa terhadap proses dan hasil belajarnya. Siswa akan
mengerti bahwa apa yang dilakukannya dan dihasilkannya melalui proses belajar
tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya.
Rolheiser dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoretik
untuk menunjukkan kontribusi evaluasi diri dalam proses belajar.
Model evaluasi diri mereka menekankan bahwa, ketika
mengevaluasi sendiri performansinya, kegiatan ini mendorong siswa untuk
menetapkan tujuan yang lebih tinggi (goals). Untuk itu, siswa harus melakukan
usaha yang lebih keras (effort). Kombinasi dari goals dan effort ini menentukan
prestasi (achievement); selanjutnya prestasi ini berakibat pada penilaian
terhadap diri (self-judgment) melalui kontemplasi seperti pertanyaan, ‘Apakah
tujuanku telah tercapai’? Akibatnya timbul reaksi (self-reaction) seperti ‘Apa
yang aku rasakan dari prestasi ini?’
Goals, effort, achievement, self-judgment, dan self-reaction
dapat terpadu untuk membentuk kepercayaan diri (self-confidence) yang positif.
Kedua penulis menekankan bahwa sesungguhnya, evaluasi diri adalah kombinasi
dari komponen self-judgment dan self-reaction dalam model di atas.
Evaluasi diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat
berperan dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar evaluasi dapat berjalan
dengan efektif, Rolheiser dan Ross menyarankan agar siswa dilatih untuk
melakukannya.
Kedua peneliti mengajukan empat langkah dalam berlatih
melakukan evaluasi diri, yaitu:
1) Libatkan semua siswa dalam
menentukan kriteria penilaian,
2) Pastikan semua siswa tahu bagaimana
caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya sendiri,
3) Berikan umpan balik pada mereka
berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan
4) Arahkan mereka untuk mengembangkan
sendiri tujuan dan rencana kerjanya.
Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria penilaian.
Siswa diajak untuk menetapkan kriteria penilaian. Curah pendapat
(brainstorming) sangat tepat dilakukan. Guru sebaiknya menyiapkan terlebih
dahulu rambu-rambu criteria penilaian tersebut agar diskusi bias berjalan
lancer dan terarah. Kriteria ini dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya.
Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah produknya, sedangkan proses
mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi diri.
Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik
penilaian dalam asesmen kinerja. Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan
hakikat kegiatan/tugas yang dilakukan siswa tersebut dan bagaimana cara
mencapainya. Langkah-langkah selanjutnya sudah jelas, dan guru sudah terbiasa
melakukannya.
3. Kriteria Penilaian yang Jelas dan
Terbuka
Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria
penilaian menjadi ‘rahasia’ guru atau pun tester, dalam asesmen portofolio
justru harus disosialisasikan kepada siswa secara jelas. Kriteria tersebut
dalam hal ini mencakup prosedur dan standar penilaian. Para ahli menganjurkan
bahwa sistem dan standar asesmen tersebut ditetapkan bersama-sama dengan siswa,
atau paling tidak diumumkan secara jelas. Adanya kriteria penilaian terkait
dengan tujuan pembelajaran. Dalam asesmen portofolio, yang mungkin ada adalah
tujuan kelas dan individual. Karena itu, Salvia dan Ysseldyke mengatakan bahwa
harus jelas tujuan dan ranah belajar yang hendak dicapai. McLaughin dan Voght
(1996) mengatakan dengan asesmen portofolio dimungkinkan menetapkan lebih dari
satu ranah secara bersama-sama dan multidimensi. yaitu asesmen pada proses
maupun konstruk. Proses melibatkan siswa dan guru yang bekerja secara kolaboratif
dalam membangun portofolio. Konstruk adalah folder, binder , atau pun kotak
dimana bahan-bahan asesmen dikumpulkan.
Seperti telah dikemukakan di atas, asesmen portofolio
bersifat komprehensif dimana berbagai karya siswa yang mencerminkan kinerja belajarnya
dapat ditelusuri disana. Berbagai strategi asesmen dapat masuk kedalam
porofolio siswa, seperti asesmen kinerja, esai, projek, maupun hasil tes objektif (bila masih
dilakukan). Dengan kata lain, asesmen portofolio dapat merupakan kumpulan
(koleksi) kinerja siswa dari berbagai cara pengumpulan data tentang prestasi
belajar siswa. Namun, cara-cara asesmen tersebut dapat pula dilakukan secara
sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan.
G.
Model
Asesmen Portofolio
Berikut ini adalah modifikasi dari model asesmen portofolio
oleh Moya dan O’Malley, Model tersebut (Portfolio Assessment Model) disesuaikan
dengan tiga komponen pembelajaran, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Analisis
dan Pelaporan.
1. Perencanaan
a. Menentukan tujuan dan fokus (standar
kompetensi, kompetensi dasar, kriteria keberhasilan)
b. Merencanakan isi portofolio, yang
meliputi pemilihan prosedur asesmen, menentukan isi/topik, dan menetapkan
frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen.
c. Mendesain cara menganalisis
portofolio, yaitu dengan menetapkan standar atau kriteria penilaian, menetapkan
cara memadukan hasil penilaian dari berbagai sumber, dan menetapkan waktu
analisis.
d. Merencanakan penggunaan portofolio
dalam pembelajaran, yaitu berupa pemberian umpan balik.
e. Menentukan prosedur pengujian
keakuratan informasi, yaitu menetapkan cara mengetahui reliabilitas informasi
dan validitas penilaian.
2. Implementasi model (terpadu dengan
pembelajaran)
a. Mengumumkan tujuan dan fokus
pembelajaran kepada siswa.
b. Menyepakati prosedur asesmen yang
digunakan serta kriteria penilaiannya.
c. Mendiskusikan cara-cara yang perlu
dilakukan untuk mencapai hasil maksimal.
d. Melaksanakan asesmen portofolio
(folder, evaluasi diri)
e. Memberikan umpan balik terhadap karya
dan evaluasi diri
3. Analisis dan pelaporan
a. Mengumpulkan folder
b. Menganalisis berbagai sumber dan
bentuk informasi
c. Memadukan berbagai informasi yang
ada
d. Menerapkan kriteria penilaian yang
telah disepakati
e. Melaporkan hasil asesmen
H.
Fungsi
Asesmen Portofolio
Portofolio tidak hanya merupakan tempat penyimpanan hasil
pekerjaan peserta didik, tetapi merupakan sumber informasi untuk guru dan
peserta didik. Portofolio berfungsi untuk mengetahui perkembangan pengetahuan
peserta didik dan kemampuan dalam mata pelajaran tertentu, serta pertumbuhan
kemampuan peserta didik. Hal ini nampak pada ciri-ciri portofolio yaitu:
1)
Disusun
oleh siswa, artinya semua berkas hasil kerja / karya siswa didokumentasikan
siswa itu sendiri,
2)
Portofolio
memberikan secara rinci latar pengalaman hasil belajar yang jelas sehingga
tidak diperlukan lagi informasi tambahan,
3)
Portofolio
disusun terdiri dari:
a. Biodata,
b. Paparan umum mengenai persepsi siswa
tentang tujuan belajar yang ingin dicapainya, serta upaya-upaya yang telah dan
akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,
c. Rincian kronologi proses pengalaman
belajar atau kinerja yang telah dilaluinya,
d. Rincian pengalaman belajar (kinerja)
yang secara eksplisit dikaitkan dengan butir-butir HPMB yang telah diperoleh,
baik yang bersifat konseptual maupun terapan, Lampiran bukti-bukti yang
relevan.
Dopham,
Ross dan Faichney, mengemukakan lebih rinci tentang ciri-ciri portofolio yaitu:
1)
Ada
keterlibatan langsung hasil kerja/karya siswa secara nyata,
2)
Mengumpulkan
beberapa hasil kerja/karya yang terbaik,
3)
Mengumpulkan
dan menyimpan hasil kerja siswa,
4)
Memilih
kriteria untuk menilai portofolio hasil kerja siswa,
5)
Mengharuskan
siswa untuk menilai sirinya sendiri secara terus menerus berdasarkan hasil
portofolionya,
6)
Menentukan
waktu untuk membahas portofolio,
7)
Melibatkan
orang tua dalam proses penilaian portofolio.
Dari
uraian tersebut Nampak tiga hal yang menjadi ciri utama portofolio yaitu:
Ø Adanya nilai kejujuran yang dimiliki
oleh siswa dalam menentukan sesuatu yang terbaik,
Ø Terdapat alokasi waktu yang jelas
dan manusiawi,
Ø Menjadikan penghubung yang sangat
berarti bagi guru, siswa dan orang tua/masyarakat.
Dalam penilaian portofolio, mengharuskan peserta didik untuk
mengkoleksi dan menunjukkan hasil kerja mereka. Karena itu portofolio dapat
dijadikan sebagai salah satu alat penilaian autentik (authentic assessment).
Asesmen autentik sebagai salah satu hasil dari pendekatan dari asesmen dapat
dijadikan alternatif solusi dalam menilai perkembangan belajar siswa secara
lebih komprehensif dan objektif mengingat asesmen autentik yang lebih
menekankan pada pengembangan alat asesmen yang lebih secara akurat mencerminkan
dan mengukur apa yang kita nilai dalam pendidikan.
I.
Tujuan
dan Manfaat Asesmen Portofolio
Tujuan digunakannya portofolio dalam proses penilaian adalah
untuk mengumpulkan informasi secara apa adanya tentang hasil belajar siswa,
pengetahuan, dan sikapnya secara nyata.
Dikemukakan pula oleh Ross, bahwa portofolio bertujuan
mendokumentasikan berkas-berkas bukti kemajuan belajar secara lengkap.
Nitko, mengungkapkan bahwa portofolio bertujuan untuk
mengkoleksi bukti perkembangan dari kemajuan belajar siswa sebagai bahan untuk
memberikan konstribusi terhadap penilaian yang sesungguhnya.
Pendapat dan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
portofolio digunakan dengan tujuan untuk mendokumentasikan berkas-berkas pada
proses dan hasil belajar siswa atau merupakan berkas-berkas hasil kerja/hasil
karya siswa secara nyata dan autentik dapat dijadikan sebagai dasar penilaian
perkembangan dan kemajuan belajar siswa.
Manfaat
yang dapat dirasakan sebagai dampak penggunaan portofolio dalam penilaian
adalah:
ü Penilaian portofolio dapat
memberikan gambaran yang utuh tentang perkembangan kemampuan siswa. Artinya
melalui penilaian portofolio, informasi yang didapatkan bukan hanya sekedar
pengetahuan saja, akan tetapi juga sikap dan ketrampilan,
ü Penilaian portofolio merupakan
penilaian autentik, artinya penilaian portofolio memberikan gambaran nyata
tentang kemampuan siswa yang sesungguhnya. Mengapa demikian? Karena portofolio
adalah dokumen asli yang berisi tentang ekumpulan karya siswa. Melalui dokumen
itulah tergambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya,
ü Penilaian portofolio merupakan
teknik penilaian yang dapat mendorong siswa pada pencapaian hasil yang lebih
baik dan lebih sempurna, siswa dapat belajar optimal, merasa tertekan. Hal ini
dimungkinkan disebabkan penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan
secara terus menerus. Setiap hasil kerja siswa dimonitor dan diberi komentar,
ü Penilaian portofolio dapat menumbuhkan
motivasi belajar siswa, oleh sebab itu respon siswa dalam proses pembelajaran
diberikan reinforcement, dengan demikian siswa akan segera mengetahui
kekurangan dan kelebihan dari proses pembelajaran yang dilakukannya,
ü Penilaian portofolio dapat mendorong
para orang tua siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran siswa. Hal
ini disebabkan setiap perkembangan siswa yang digambarkan melalui hasil kerja
siswa, orang tua dimintai komentarnya.
Maka nampak jelas, bahwa asesmen portofolio adalah salah
satu teknik menilai proses belajar yang mempertimbangkan variasi aspek
kemampuan individual berdasarkan kumpulan bukti karya, usaha dan kemampuan
siswa selama proses belajar berlangsung, sehingga diperoleh penilaian proses
belajar sebagai hasil akhirnya, bukan sekedar penilaian hasil belajar yang
cenderung menekankan kemampuan kognitif atau afektif semata.
J.
Keunggulan
dan Kelemahan Asesmen Portofolio
Belajar merupakan proses yang panjang, untuk memperoleh
pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu, siswa memerlukan banyak pengalaman
(banyak membaca, banyak merenungkan, banyak komunikasi, memecahkan banyak
masalah, dan sebagainya). Pembentukan gambar tentang kompetensi siswa juga
memerlukan berbagai instrumen penilaian. Portofolio yang berisi koleksi produk
siswa, dan laporan proses yang dilalui oleh siswa, yang meliputi rentang waktu
yang panjang, dapat memberikan gambaran yang relative lengkap tentang
perkembangan dan kompetensi siswa yang bersangkutan.
1. Keunggulan Asesmen Portofolio
Adalah:
Wina
Sanjaya, mengemukakan keunggulan penggunaan portofolio dalam penilaian, adalah
(1) Penilaian portofolio dapat menilai
kemampuan siswa secara menyeluruh,
(2) Penilaian porotfolio dapat menjamin
akuntabilitas,
(3) Penilaian portofolio merupakan
penilaian yang bersifat individual,
(4) Penilaian portofolio merupakan
penilaian yang terbuka,
(5) ‘Penilaian portofolio bersifat self
evaluation.
Gronlund,
berpendapat, portofolio memiliki beberapa keuntungan, antara lain sebagai
berikut:
(1) Kemajuan belajar siswa dapat
terlihat dengan jelas,
(2) Penekanan pada hasil pekerjaan
terbaik siswa memberikan pengaruh positif dalam belajar,
(3) Membandingkan pekerjaan sekarang
dengan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan
dengan milik orang lain,
(4) Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan
mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik,
(5) Memberikan kesempatan siswa bekerja
sesuai dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat
level mereka tetapi sama-sama menuju tujuan umum),
(6) Dapat menjadi alat komunikasi yang
jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan
lainnya.
2.
Kelemahan
dari Asesmen portofolio adalah:
a. Penggunaan portofolio tergantung
pada kemampuan siswa dalam menyampaikan uraian secara tertulis. Selama siswa
belum lancar berbahasa tulis Indonesia, penggunaan portofolio akan merupakan
beban tambahan yang memberatkan sebagian besar siswa,
b. Penggunaan portofolio untuk
penilaian memerlukan banyak waktu dari guru untuk melakukan penskoran, alagi
kalau kelasnya besar.
Kelemahan lain penggunaan asesmen portofolio
adalah:
·
Memerlu
kan waktu dan kerja keras bagi guru dibandingkan penilaian lain,
·
Penilaiaan
portofolio memerlukan perubahan cara pandang baik dari guru itu sendiri, dari
masyarakat termasuk perubahan cara pandang orang tua,
·
Penilaian
portofolio memerlukan perubahan gaya belajar,
·
Penialaian
portofolio memerlukan perubahan sistem pembelajaran.
Perbedaan tes dan Asesmen Portofolio Sebagian orang
mempertanyakan mengapa harus digunakan penilaian portofolio. Apakah tidak cukup
hanya dengan menggunakan tes?. Ada beberapa perbedaan esensial antara
portofolio dengan tes. Penilaian portofolio memiliki kelebihan dalam beberapa
hal, terutama lebih objektif dilihat dari hasil kerja peserta didik yang
sesungguhnya, lebih terbuka dimana peserta didik ikut serta menilai pekerjaan
yang dilakukannya, dan secara langsung berhubungan dengan proses kegiatan
pembelajaran.